TTS – MataTimor.com ][ Ketua Komisi IV DPRD Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Relygius L. Usfunan, SH, akhirnya angkat bicara terkait dugaan kelalaian di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) SoE yang diduga menyebabkan meninggalnya seorang bayi baru-baru ini. Politisi yang pernah menjabat sebagai Wakil Ketua DPRD TTS periode 2019-2024 itu menegaskan bahwa kejadian tersebut sangat disayangkan dan harus menjadi momentum evaluasi menyeluruh terhadap sistem dan personel di rumah sakit milik pemerintah daerah itu.“Saya langsung komunikasi dengan Direktur RSUD SoE ketika mendengar kasus ini mencuat. Komisi IV minta penjelasan kronologis dan desak dilakukan evaluasi terhadap tenaga kesehatan yang bekerja tidak profesional,” tegas Relygius, kepada mata Timor pada Kamis 19 Juni 2025.Dalam penilaiannya, RSUD SoE memang masih bergulat dengan berbagai persoalan teknis dan manajerial. Relygius merinci delapan persoalan utama yang kerap dikeluhkan masyarakat dan menjadi fokus Komisi IV DPRD:
1. Prosedur Berbelit-belit
Proses pendaftaran, terutama untuk layanan rawat jalan, masih dinilai terlalu panjang dan membingungkan pasien.
2. Kurangnya Tenaga Medis
Jumlah dokter umum dan spesialis tidak sebanding dengan jumlah pasien, menyebabkan antrean panjang dan pelayanan lambat.
3. Keterbatasan Obat
Banyak pasien kesulitan mendapatkan obat yang dibutuhkan karena stok yang terbatas, termasuk ketersediaan obat generik.
4. Fasilitas Tidak Memadai
Peralatan medis yang rusak atau ketinggalan zaman menghambat tindakan cepat, terutama dalam kondisi darurat seperti persalinan.
5. Waktu Pelayanan yang Lama
Waktu tunggu pasien untuk mendapatkan layanan medis sering kali terlalu lama, baik untuk pemeriksaan awal maupun tindak lanjut.
6. Komunikasi Buruk dan Pelayanan Tidak Ramah
Minimnya komunikasi, sikap petugas yang kurang responsif, dan rendahnya empati terhadap pasien sering menjadi sumber kekecewaan.
7. Masalah Lahan Parkir
Area parkir yang sempit menyebabkan kemacetan dan menambah kesan buruk terhadap pelayanan secara keseluruhan.
8. Kualitas Pelayanan yang Belum Merata
Ada ketimpangan dalam kualitas pelayanan antar unit atau shift, sehingga pengalaman pasien bisa berbeda-beda.Menurut Relygius, kejadian meninggalnya bayi tersebut sangat berkaitan erat dengan poin 4, 5, dan 6, yaitu fasilitas yang tidak memadai, lambannya pelayanan, dan buruknya komunikasi tenaga medis terhadap keluarga pasien namun hal itu tidak dibenarkan.
diberitakan sebelumnya, Kemarahan publik terhadap RSUD SoE dipicu oleh unggahan kronologi di media sosial yang viral. Dalam salah satu postingan, disebutkan bahwa pasien yang hendak melahirkan dirujuk dari Puskesmas Besana ke RSUD SoE karena komplikasi. Namun, sejak kedatangan di RSUD, pasien tidak mendapat perhatian serius. Permintaan keluarga untuk dirujuk ke Kupang diabaikan. Petugas disebut tertidur saat pasien mengalami kontraksi, dan proses rujukan baru dilakukan setelah kondisi memburuk.
Alat untuk operasi caesar dikabarkan rusak, dan proses rujukan berlangsung selama berjam-jam. Bahkan, selama perjalanan ke Kupang, selang oksigen terlepas dari pasien tanpa diperhatikan petugas pendamping. Setibanya di RS Dedari, Kupang, bayi sudah mengalami keracunan air ketuban dan tidak terselamatkan.
“Rest in Peace, Astan Abdi. We love you. Ingin sekali kami menuntut RSU Soe, tetapi kami kembalikan kepada yang punya langit dan bumi.”