Meraih Mimpi Lewat Beasiswa Micro Credential Monash University

oleh -Dibaca 320 Kali
oleh
IMG 20241121 WA0112

TTS,MataTimor.com-Nama saya Richard Evert Toy, S.Pd. Saya adalah seorang guru di SLB Negeri Nunumeu SoE, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Dengan latar belakang pendidikan S1 di bidang Pendidikan Luar Biasa dari IKIP PGRI Jember (sekarang Universitas Argopuro Jember), saya selalu memiliki panggilan untuk meningkatkan kualitas pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus, khususnya di wilayah saya.

Awalnya, saya mendapat informasi tentang Beasiswa Micro Credential melalui grup WhatsApp sekolah, yang dibagikan oleh Kepala Sekolah SLB Nunumeu, Ibu Martha Balle, S.Pd. Program ini merupakan hasil kerja sama antara Dirjen Dikmen dan Diksus dengan Monash University, Australia, dan menawarkan tiga topik menarik:

1. Positive Behaviour Support

2. Transition Program for Students with Disabilities

3. Autism Education and Practice

Sebagai guru di SLB yang memiliki banyak siswa autis, saya memilih topik Autism Education and Practice. Topik ini sesuai dengan kebutuhan di sekolah saya, di mana banyak anak autis membutuhkan pendekatan yang tepat untuk membantu mereka berkembang.

Perjalanan Menuju Beasiswa

Setelah mendapatkan informasi, saya segera mempersiapkan berbagai dokumen pendaftaran. Proses seleksi beasiswa ini diikuti oleh peserta dari seluruh Indonesia. Dari 600 pendaftar, hanya 395 orang yang lolos seleksi administrasi, termasuk saya—satu-satunya perwakilan dari NTT.

Langkah berikutnya adalah seleksi wawancara. Saya bersyukur bisa melewati tahapan ini dengan baik dan dinyatakan diterima sebagai mahasiswa Monash University untuk program Micro Credential dengan topik Autism Education and Practice. Beberapa hari kemudian, saya menerima Letter of Acceptance (LOA) melalui email dari Monash University. Ini adalah salah satu momen paling membahagiakan dalam hidup saya.

Pada November 2024, saya menghadiri program ini di Jakarta bersama 74 peserta lainnya dari berbagai daerah di Indonesia. Program berlangsung dari tanggal 10 hingga 16 November, dan menjadi pengalaman luar biasa yang memperkaya wawasan saya.

Pengalaman yang Mengubah Hidup

Seluruh perkuliahan dilaksanakan dalam bahasa Inggris, sebuah tantangan besar yang mendorong saya untuk terus belajar dan meningkatkan kemampuan. Pengajarnya adalah profesor-profesor dari Monash University, yang memberikan ilmu dan pengalaman baru tentang pendidikan inklusif, terutama untuk anak-anak autis.

Materi yang diajarkan sangat relevan, mencakup strategi untuk meminimalkan hambatan komunikasi, interaksi sosial, dan akademik pada anak-anak autis. Selain itu, ada sesi refleksi yang dipandu fasilitator dalam bahasa Indonesia, membantu kami mendalami materi dengan lebih baik.

Tindak Lanjut untuk Pendidikan di NTT

Setelah program selesai, kami diberi tugas untuk menerapkan ilmu yang telah kami dapatkan di sekolah masing-masing. Saya menyusun laporan yang langsung terintegrasi dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Langkah ini menjadi bukti nyata bahwa ilmu yang diperoleh harus diimplementasikan untuk menciptakan perubahan.

Saya berkomitmen untuk menyebarkan ilmu ini tidak hanya di sekolah tempat saya bekerja, tetapi juga ke seluruh SLB di Provinsi NTT. Saya berharap, pengetahuan ini dapat membantu anak-anak autis mendapatkan pendidikan yang lebih baik dan inklusif.

Pesan Motivasi

Untuk Masyarakat dan Orang Tua

1. Anak autis tidak butuh belas kasihan, tetapi dukungan dan kesempatan. Dengan pendekatan yang tepat, mereka mampu berkembang.

2. Autisme bukan kelainan, melainkan perbedaan. Mereka membutuhkan perlakuan khusus sesuai dengan kebutuhan mereka.

Untuk Guru-Guru

1. Tingkatkan kompetensi Anda! Jangan berhenti belajar agar dapat memberikan layanan terbaik kepada siswa.

2. Kuasai bahasa asing, karena kemampuan ini akan membuka banyak peluang, termasuk program-program internasional.

3. Cari informasi terbaru tentang pendidikan inklusif dan inovasi di dunia pendidikan.

Untuk Pelajar

1. Manfaatkan waktu belajar dengan maksimal. Persiapkan diri sejak dini agar tidak melewatkan kesempatan emas di masa depan.

2. Ikuti kursus bahasa asing. Kemampuan ini akan menjadi aset berharga di era globalisasi.

Menjadi Agen Perubahan

Pengalaman ini mengajarkan saya bahwa setiap individu memiliki potensi untuk menciptakan perubahan. Sebagai guru, saya percaya bahwa pendidikan yang inklusif adalah kunci untuk masa depan yang lebih baik, terutama bagi anak-anak berkebutuhan khusus seperti autisme.

Semoga cerita ini dapat menjadi inspirasi bagi banyak orang untuk terus belajar, berkembang, dan berkontribusi demi pendidikan yang lebih inklusif di Indonesia. Mari bersama-sama membangun masa depan yang lebih baik dengan semangat belajar tanpa henti. Bersama, kita bisa menciptakan perubahan nyata.