MataTimor.com – TTS – Setelah beberapa hari masyarakat Desa Kuatae menantikan kepastian terkait relokasi pascabencana longsor, akhirnya Bupati Timor Tengah Selatan (TTS), Eduard Markus Lioe, S.Ip., SH., MH., memberikan pernyataan resmi usai kembali dari Jakarta. Dalam konferensi pers yang digelar di GOR Nekmese SoE, Bupati yang akrab disapa Buce Lioe ini menegaskan bahwa keselamatan warga tetap menjadi prioritas utama pemerintah daerah.
Bupati Buce mengungkapkan bahwa sejak awal kejadian, pemerintah daerah telah bergerak cepat mengevakuasi warga terdampak ke GOR Nekmese SoE. Semua pimpinan Organisasi Perangkat Daerah (OPD), meskipun dalam hari libur, tetap aktif berpartisipasi dalam penanganan bencana.
Pantau Bencana Kuatae, Ketua DPRD TTS Kerahkan Pemuda Bantu Evakuasi Barang Warga
“Dari pimpinan daerah hingga OPD, semua bergerak bersama membantu saudara-saudara kita di Kuatae. Kami juga sedang membahas opsi relokasi bagi warga yang kehilangan tempat tinggal,” ujar Bupati Buce saat melakukan konferensi pers di Gor Nekmese SoE pada Selasa 25 Maret 2025.
Dalam konferensi pers tersebut, Bupati TTS memaparkan dua opsi relokasi bagi warga yang terdampak. Opsi pertama adalah pemanfaatan lahan Civic Center milik Pemda yang cukup luas. Pemda berencana mensosialisasikan opsi ini kepada warga dan, jika mereka setuju, akan dibangun hunian yang layak.
Suara Hati Seorang Mama untuk Bencana di Desa Kuatae
Opsi kedua adalah skema tukar guling dengan lahan kehutanan. Dalam skema ini, luas lahan yang akan diberikan kepada warga setara dengan lahan yang terdampak di Desa Kuatae. Warga nantinya tetap diizinkan untuk berkebun di lahan lama jika kondisi lingkungan memungkinkan.
“Tukar guling ini sudah ada regulasinya di Kementerian Kehutanan. Lokasi baru akan diberikan seluas 20 hektar, sama dengan lahan yang terdampak. Namun, warga masih diperbolehkan kembali mengolah lahan lama jika kondisinya memungkinkan,” jelasnya.
Bupati juga menegaskan bahwa keputusan relokasi ini akan diawali dengan sosialisasi kepada masyarakat, dan pihak Gereja Efata SoE telah menyatakan kesediaannya membantu dalam proses ini.
Kebersamaan dalam Duka, Golgota Crew Peluk Erat Korban Bencana di Kuatae
Saat dikonfirmasi mengenai status Desa Kuatae, Bupati Buce menegaskan bahwa keputusan akhir harus berdasarkan regulasi. Jika desa harus dikosongkan, maka warga akan direlokasi ke tempat baru, tetapi bukan berarti desa tersebut benar-benar hilang.
“Kita harus mengikuti aturan. Jika dinyatakan dikosongkan, bukan berarti satu desa hilang begitu saja. Kita akan melihat bagaimana regulasinya sebelum mengambil keputusan final,” tegasnya.
Selain warga Desa Kuatae, ada tiga kepala keluarga dari Kelurahan SoE yang juga terdampak bencana dan tidak memiliki keluarga di Kota SoE. Bupati menyatakan bahwa Pemda akan mencari solusi agar mereka tetap mendapatkan tempat tinggal sementara dan bisa menyimpan barang-barang mereka dengan layak.
“Kita ini satu keluarga besar. Kita akan cari solusi agar mereka bisa tinggal sementara di tempat yang memungkinkan, baik melalui tenda darurat atau rumah warga yang bersedia menampung,” ungkapnya.
Pemerintah Kabupaten TTS kini tengah menyusun strategi relokasi bagi warga terdampak longsor di Desa Kuatae. Dua opsi yang ditawarkan—Civic Center atau tukar guling—masih dalam tahap sosialisasi. Sementara itu, keputusan apakah Desa Kuatae akan dikosongkan sepenuhnya masih menunggu kajian lebih lanjut berdasarkan regulasi yang berlaku.
Berdasarkan data terbaru yang dihimpun dari Kepala Desa Kuatae dan dibenarkan Bupati dalam konferensi Persnya bahwa korban terdampak bencana terus bertambah. Hingga saat ini, sebanyak 482 jiwa dari 123 Kepala Keluarga telah terdampak langsung oleh bencana ini.