MataTimor.com – TTS – Dusun C, Desa Oele’u, Kecamatan Toianas, hingga kini masih diselimuti aroma tanah basah dan reruntuhan. Sejak tanah longsor menggulung permukiman desa Oele’u pada beberapa hari lalu, 48 kepala keluarga kini hidup dalam ketidakpastian. Rumah mereka telah tiada, hanya menyisakan kenangan dan harapan baru yang belum pasti datang.
Namun di tengah luka dan duka, hadir cahaya kepedulian. Bupati Timor Tengah Selatan (TTS), Eduard Markus Lioe yang akrab disapa Buce Lioe turun langsung ke lokasi bencana bersama Wakil Bupati Jhony Army Konay dan jajaran pemerintah kabupaten. Di antara puing-puing rumah dan isak tangis warga, mereka hadir bukan hanya sebagai pemimpin, tetapi sebagai sesama manusia yang mengulurkan tangan.
“Kami tidak akan biarkan saudara-saudara kita sendirian,” ucap Bupati Buce tegas, di hadapan warga yang berkumpul di posko darurat pada Senin, 12 Mei 2025. Wajahnya menampakkan keprihatinan, tapi juga keteguhan hati.
Pemerintah daerah bergerak cepat. Dua hektar lahan telah disiapkan untuk relokasi. Seorang warga bernama Lopo bersedia menyerahkan tanahnya sebagai tempat tinggal baru bagi para korban. Namun, Bupati menekankan pentingnya legalitas. “Sebelum pembangunan, status lahan harus jelas. Ini agar relokasi benar-benar memberi rasa aman dan nyaman,” ujarnya.
Tak hanya tempat tinggal baru yang dijanjikan, Dinas Sosial akan membantu dengan material bangunan, memanfaatkan apa yang masih bisa diselamatkan dari puing-puing rumah warga. Tapi untuk sementara, realitas pengungsian masih jauh dari kata layak.
Di tengah dinginnya malam dan panasnya siang, warga bertahan di bawah terpal seadanya. Hanya satu tenda resmi dari BPBD yang tersedia, cukup untuk menampung 10 kepala keluarga. Sisanya? Mereka membangun sendiri tenda-tenda tanpa dinding, rapuh terhadap angin dan hujan. Anak-anak bermain di atas tanah, sementara para lansia terbaring lemah, menahan dingin dan khawatir akan hari esok.
“Kami hanya berteduh di bawah terpal plastik. Semua kami buat sendiri. Tidak ada tenda dari pemerintah,” ungkap seorang pengungsi yang enggan disebut namanya. Di matanya tergambar lelah, tapi juga ketegaran yang tak mudah goyah.
Bantuan logistik telah mulai mengalir 10 kilogram beras, susu bubuk, gula, minyak goreng cukup untuk sekadar bertahan, namun belum cukup untuk pulih. Warga berharap ada lebih tenda yang layak, layanan kesehatan untuk anak-anak yang mulai batuk-batuk karena udara malam, dan harapan agar mereka tak dilupakan.
Kepala Desa Oele’u, Yonohrin Mellu, menyampaikan rasa haru atas kehadiran langsung pemerintah. “Kami sangat berterima kasih atas kehadiran Bapak Bupati dan seluruh jajaran. Ini menunjukkan bahwa kami tidak sendiri,” katanya, sembari menegaskan komitmennya mempercepat proses relokasi bersama camat dan warga.
Camat Toianas, Zakarias Nenometa, menambahkan bahwa dokumen pendukung lahan sedang disiapkan, dan sosialisasi kepada warga akan segera dilakukan.