Site icon MataTimor.Com

Netizen Indonesia Paling Tidak Sopan di Asia Tenggara Menurut Microsoft

Picsart 24 12 20 11 53 13 568

Foto Ist

MataTimor.com – Nasional – Microsoft pernah merilis laporan yang mencatat tingkat kesopanan pengguna internet (netizen) di berbagai negara, termasuk Indonesia. Dalam laporan bertajuk Digital Civility Index (DCI), Indonesia menjadi sorotan karena menduduki peringkat terbawah di Asia Tenggara dalam hal kesopanan digital. Apa yang sebenarnya terjadi, dan apa dampaknya bagi masyarakat digital Indonesia?Blue Modern Classic Business Leaderboard Ad 20241219 183626 0000Hasil survei terbaru Microsoft pada 2020 menunjukkan bahwa netizen Indonesia memiliki skor DCI sebesar 76, yang berarti tingkat kesopanan daring berada pada level yang memprihatinkan. Angka ini naik 8 poin dibandingkan tahun 2019, ketika Indonesia mencatat skor 67. Dalam sistem penilaian DCI, skor tinggi menunjukkan tingkat kesopanan yang rendah. Sebaliknya, skor rendah menandakan lingkungan digital yang lebih sopan.

Sebagai perbandingan, netizen Singapura menjadi yang paling sopan di Asia Tenggara dengan skor 59 dan bahkan menduduki peringkat keempat global. Hal ini menunjukkan perbedaan signifikan dalam cara pengguna internet di negara-negara tersebut berinteraksi di dunia maya.

Menurut laporan tersebut, kemunduran tingkat kesopanan netizen Indonesia pada 2020 didominasi oleh perilaku pengguna dewasa, yang menyumbang 68% dari total kasus ketidaksopanan. Sebaliknya, perilaku remaja tidak menunjukkan kontribusi yang signifikan terhadap tren negatif ini.

Microsoft melibatkan 16.000 responden dari 32 negara dalam surveinya, dengan 503 responden berasal dari Indonesia. Survei yang dilakukan pada April dan Mei 2020 itu mengevaluasi paparan netizen terhadap 21 risiko online dalam empat kategori, yaitu:

1. Perilaku (misalnya ujaran kebencian dan cyberbullying)

2. Seksual (seperti pelecehan dan eksploitasi seksual)

3. Reputasi (termasuk penyebaran hoaks dan pencemaran nama baik)

4. Pribadi/Mengganggu (seperti invasi privasi atau pencurian data).

Hasil ini menunjukkan bahwa interaksi digital yang tidak sehat di Indonesia cenderung berasal dari kebiasaan pengguna yang kurang memperhatikan etika komunikasi online.

Kesopanan digital adalah cerminan budaya dan karakter masyarakat di dunia maya. Dengan meningkatnya aktivitas daring, terutama sejak pandemi COVID-19, interaksi digital menjadi semakin penting. Namun, ketidaksopanan online dapat memengaruhi kualitas hubungan sosial, menciptakan konflik, hingga merusak reputasi individu dan komunitas.

Lingkungan digital yang penuh dengan ujaran kebencian, hoaks, atau perilaku negatif lainnya juga bisa memengaruhi produktivitas dan kesehatan mental pengguna internet.

Mengatasi masalah ini memerlukan kerja sama dari berbagai pihak, termasuk individu, masyarakat, dan pemerintah. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat dilakukan:

1. Edukasi Literasi Digital

Meningkatkan kesadaran tentang etika komunikasi online melalui kampanye literasi digital di sekolah, tempat kerja, dan komunitas.

2. Penegakan Hukum

Menerapkan aturan tegas terhadap pelanggaran etika digital, seperti ujaran kebencian atau penyebaran informasi palsu.

3. Pengawasan Orang Dewasa

Mengingat pengguna dewasa menjadi penyumbang utama ketidaksopanan daring, perlu ada kesadaran lebih tinggi di kalangan mereka untuk menjadi teladan bagi generasi muda.

4. Peningkatan Kesadaran Privasi

Pengguna internet harus lebih memahami pentingnya menjaga privasi dan menghormati data pribadi orang lain.

Meskipun data terbaru tentang netizen Indonesia belum diumumkan, laporan Microsoft pada 2020 menjadi pengingat penting bahwa kesopanan digital adalah tanggung jawab bersama. Dengan meningkatkan literasi digital dan mengedepankan nilai-nilai kesopanan, kita bisa menciptakan lingkungan online yang lebih sehat dan produktif. Sudah saatnya netizen Indonesia mengambil langkah nyata untuk memperbaiki reputasi dan menciptakan ekosistem digital yang lebih baik.

Exit mobile version