SMP Negeri 2 Soe Berhasil Tekan Kekerasan di Sekolah Lewat Edukasi dan Kolaborasi

Shares

MataTimor.com | TTSUpaya menciptakan lingkungan sekolah yang aman dan nyaman dari kekerasan terus menjadi fokus utama di dunia pendidikan. Di tengah maraknya kasus perundungan dan kenakalan remaja, SMP Negeri 2 Soe, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), menjadi contoh positif dengan Keberhasilan SMP Negeri 2 Soe Berhasil Tekan Kekerasan di Sekolah Lewat Edukasi dan Kolaborasi lannya menekan angka kekerasan di lingkungan sekolah.

Keberhasilan ini merupakan buah dari pendekatan edukatif yang konsisten dan kerja sama lintas sektor yang dibangun sekolah sejak lama. Koordinator Bimbingan dan Konseling (BK) SMP Negeri 2 Soe, Verthy Nepa, S.Pd, menjelaskan bahwa satuan tugas (satgas) penanganan kekerasan telah aktif sejak 2014.

“Satgas ini menjadi garda terdepan kami dalam menangani berbagai kasus kekerasan. Penanganannya selalu kami lakukan secara kolaboratif dan sistematis,” ujar Verthy kepada MataTimor.com, Rabu (4/6/2025).

Pada masa awal pembentukan satgas, jenis kekerasan yang dominan terjadi di sekolah adalah perundungan dan pemalakan atau yang oleh siswa kerap disebut “pajak” yang dilakukan siswa kelas VIII dan IX terhadap adik kelas mereka. Namun, kondisi itu kini berhasil dikendalikan secara signifikan.

Baca Juga  Melky Nenometa Desak Pemda TTS Beri Sanksi Tegas kepada Kepsek-Kepsek Nakal di TTS Jika Terbukti Bersalah

Dalam dua tahun terakhir, sekolah masih mendapati beberapa kasus perundungan antarkelas, tetapi dengan pendekatan preventif dan layanan klasikal oleh guru BK, situasi dapat dikendalikan dengan cepat. Layanan klasikal ini diberikan secara rutin dan menjadi bagian dari kurikulum non-akademik yang membentuk karakter siswa.

Selain pendekatan melalui dialog dan konseling, sekolah juga menggunakan media visual sebagai alat kampanye. Poster-poster edukatif tentang bahaya perundungan dan pergaulan bebas dipasang di ruang kelas dan titik-titik strategis lainnya di lingkungan sekolah. Pemasangan ini melibatkan kerja sama dengan wali kelas agar pesan moral tersampaikan secara berkelanjutan.

“Kami tidak hanya menunggu masalah muncul. Edukasi diberikan secara berkala, dan kami terus melakukan pemantauan lewat laporan wali kelas dan siswa,” tambah Verthy.

Tren kekerasan menurut pengamatan tim BK mengalami penurunan cukup drastis. Faktor seperti masa pubertas yang biasanya memicu konflik sosial tetap diakomodasi secara bijak, tetapi tidak dijadikan alasan pembiaran.

Struktur penanganan masalah di SMP Negeri 2 Soe mengikuti alur berjenjang: dimulai dari wali kelas, lalu ke bagian kesiswaan, dan jika masih berlanjut akan diteruskan ke BK atau bahkan kepala sekolah. Sistem ini memastikan setiap masalah ditangani cepat dan sesuai proporsi.

Baca Juga  Jamrud Lelang Lagu, SPK Beli Untuk Lewotoby

Kesuksesan ini juga tak lepas dari dukungan pihak eksternal. Sekolah menggandeng instansi seperti DP3AP2KB Kabupaten TTS, Polres TTS, dan Yayasan Sanggar Suara Perempuan untuk mendukung berbagai program pencegahan kekerasan.

“Kami punya target jangka panjang, yaitu nol kekerasan. Sosialisasi dan edukasi akan dimulai sejak awal, bahkan pada masa Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) pertengahan Juni nanti,” tegas Verthy.

Dengan pendekatan yang menyeluruh, SMP Negeri 2 Soe menunjukkan bahwa menciptakan sekolah yang bebas kekerasan bukan hanya mungkin, tapi bisa diwujudkan lewat konsistensi, kolaborasi, dan kepedulian semua pihak