Kronologi Dugaan Pengeroyokan Terhadap Piter Toto di Desa Bosen yang Diduga Melibatkan Oknum Anggota DPRD TTS, Versi Bahasa Dawan

Foto: Ibu Mariana Bessi, ibunda korban penganiayaan, bersama suaminya David Toto saat memberikan keterangan kepada wartawan di kediamannya, Desa Bosen, Kecamatan Mollo Utara, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Rabu (26/6/2025).
Shares

TTS – MataTimor.com – ][ Terkait dengan masalah yang saat ini menyita perhatian publik, khususnya di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), atas dugaan kasus pengeroyokan yang diduga melibatkan seorang oknum anggota DPRD TTS, Yermias Kabnani cs, awak media telah berhasil mengonfirmasi keluarga korban yang berdomisili di Desa Bosen, Kecamatan Mollo Utara.

Sebagaimana dikisahkan oleh ibu kandung dari Piter Toto, korban pengeroyokan, yaitu Meriana Bessi, dengan menggunakan bahasa Dawan (dialek Mollo), bahwa:

Jadi, le tanggal 28 le’na Antelfon neo na’ Frengki karena nak’ telfon kait nomor kantamaf, jadi na Frengki Antelfon nak mama ne, kaka Piter napen masalah, au tanam ak masalah sa,? te in kanatonfa, auk aitim sambung neo kaka he autoet ite, an sambung neonet autotem’ ak kaka, au toet maaf le’i masalah sa’at aiti muton kau, nak au ka uton kitif mama mok papa tanoebok tem teo sonaf na au ton Kit.

Jadi hai Fe maim motor hem nao, au ak malam onlai hai mistenbom jadi hai Fe main motor he ok Bapa hemnao.

Kolafam na’Frengki neman seon kaim haim nao, tianae hai ha (4) es am tam, hai mtiat haim Salom mam tamam, okat haim mam.

Haim mam milait autoet maaf ak, mama mok papa au toet maaf karena hit anhe masalah onla’me aitim miton kitit hai emam tia yen jadi ait taton tan kai. om Joni Nak, hai kamitonkitfa mama mok papa, alat pao in om Dewan.

Kolbesat haim tokomtenet, lo auka sabar fat au toteten, mas om Joni nak Fe at pao tan om Dewan.

Jadi haim pao uin 1 jam, om Dewan Nem, neman tiat Ala nak Salom mantam, an topoaha om Joni nok in Fe, kan top Kaif, tam nok in kawan es, neo auka uhinfa he sekau.lo Alan top mantam le’na, ala nak mana itu pak, mana itu orang, langsung an tufu man top nasaonte, nuasin le’atone i, tikas tufus, an Saem na’bap, om Dewan esan Saem na’bap. Talantian na Piter enmofo mbi au matketan kaem nak saya tidak salah, te Dewan nak Diam bab* , langsung ojek le nok kaimsat an kae, Dewan nak kalau kamu semua mau ikut campur nanti mati di tempat. Neolo haim mimtaum haim ebah, karena hai kamihinfa masalah sa.!

Ala lo aukae ak, e Uis Neno au anhe ka uhinfa Sanat sa, au onen neo Uis Neno, te Dewan nak aum nak, mama mau ingat anak? Au ak, ka’onfa nanet, uhonet-ohenah Aon, nekan nanan ka’tamfa eon.

Jadi ntep-tepot nak ambil tali ko ikat dia, antepo stengah jam baru nak, mait tani hem futu, au tokom u’et onlait nait tani muti, om Joni le’na in nait tani muti, mas au ka’uhinfa tain sa!.

Baca Juga  Rayakan Idhul Fitri 2025, Dandim 1621/TTS Gelar Open House di Rumah Jabatan

Au ka u’etfe hen futu nekenmoe onme-onme msat au ka u’etef,jadi haim bi ume nanan, anfutum neke, nasaeb neo oto, an kinim nekem nasaeba neo oto, hai kampoef lo haim bi umenanan, an Tian mon’et, Dewan nak, ambil dia pu mama dengan bapa ko ikut saja di Polres, kami langsung polres.

Jadi om Joni le’i fe’an ek in eon’ini nok in Fe, te nalalit nasaeba kai nuakai bapa neo in oto, te na Frengki nok motor na natuinkai, te ojek ese an faen nem kun.

Jadi haim tia le Polres neson le’na haim pao-pao mbi le’na lo katit fa le’in oto. Jadi om Joni an telfon nak, a hi es me? Dewan nak au Fe oknem ma fin es au ume ma’tukar.

Mas neo nemantian haim kiosle tukar i, katitfa le’in hen ganti, dewan lo Fe an paek le in faon’in le’na.

Kronologi versi bahasa Dawan Dialeg Mollo akan berlanjut di berita selanjutnya. 

sedangkan ulasan berikut ini merupakan translate kronologi dari bahasa Dawan ke Bahasa Indonesia. 

Pada tanggal 28 Mei, sekitar pukul 19.00, kami dihubungi melalui Frengki Taopan (menantu) yang saat itu bekerja di Kota Soe. Lewat telepon, Frengki mengabarkan bahwa Piter ( korban ) mengalami masalah. Lalu saya ( Meriani) bertanya, “Masalah apa?” Frengki ( menantu) menjawab bahwa dia (Joni Bana) tidak memberitahukan masalahnya. Saya kemudian meminta agar telepon disambungkan kepada Joni supaya saya bisa menanyakan langsung.

Setelah disambungkan, saya bertanya kepada Joni. Saya katakan, “Kakak, saya minta maaf, ini masalah apa? Coba ceritakan.” Namun Joni menjawab, “Saya tidak mau memberitahu Bapak dan Ibu. Silakan datang ke rumah (Km 12, Kecamatan Mollo Tengah), nanti baru saya beritahu.”

Karena itu, kami masih harus mencari motor untuk pergi. Karena sudah malam, kami mencari ojek. Malam itu saya bersama Bapak (suami) pergi. Frengki datang menjemput kami, lalu kami berempat berangkat ke sana. Sesampainya di sana, kami masuk dan menyapa, “Syalom.” Kami duduk dan makan sirih pinang. Setelah itu saya minta maaf dan bertanya, “Piter ada buat masalah apa? Tolong beritahu kami.”

Namun Joni Bana menjawab, “Kami tidak mau beritahu Mama dan Bapak. Kita tunggu saja Om Dewan.”

Ketika sudah duduk agak lama, saya memohon lagi kepada mereka, “Bapak dan Mama, saya mohon maaf. Kami sudah sampai. Kalau memang ada masalah, tolong beritahu kami.” Tapi jawabannya tetap sama, “Kita tunggu Om Dewan datang.”

Kurang lebih satu jam kemudian, Om Dewan datang. Saat tiba, dia hanya bilang “Syalom” lalu masuk. Dia hanya berjabat tangan dengan Om Joni dan istrinya, sementara kami tidak disapa. Dia (Om Dewan) datang bersama seorang temannya yang saya tidak kenal. Saat masuk, dia berjabat tangan dan langsung bertanya, “Mana itu anak? Mana itu orang?” Setelah itu, dia langsung memukul dan menarik Piter turun dari tempat duduk. Mereka berdua mulai memukul, menendang, dan memukuli Piter bersamaan. Om Dewan berdiri di punggungnya, lalu melompat-lompat di atas tubuh anak saya. Sampai akhirnya Piter jatuh terguling hingga ke depan saya, sambil berkata, “Saya tidak salah.” Namun Om Dewan membentak, “Diam, bab*!”

Baca Juga  Alfred Baun : Perjalanan Dinas Sejumlah Pejabat TTS ke Jakarta Itu Mengabaikan Instruksi Presiden,Mereka Seperti Rusa Masuk Kota

Melihat kejadian itu, Om ojek yang bersama kami ikut menangis. Lalu Om Dewan berkata, “Kalau kamu semua mau ikut campur, nanti mati di tempat!” Kami menjadi takut dan hanya diam di tempat. Kami benar-benar tidak tahu apa masalahnya. Saya hanya menangis dan berkata, “Saya tidak tahu anak saya bersalah apa.” Saya hanya bisa berdoa kepada Tuhan.

Lalu Om Dewan berkata, “Mama mau bela anak?” Saya menjawab, “Bukan begitu. Saya hanya melahirkan tubuhnya, saya tidak masuk ke dalam pikirannya.”

Setelah pukul-pukul beberapa saat, Om Dewan kemudian berkata, “Ko ambil tali, ko ikat dia!” Kurang lebih setengah jam kemudian baru dia bilang lagi, “Ambil tali, ko ikat!” Saya mengangkat muka dan melihat Om Joni mengambil tali warna putih, tapi saya tidak tahu tali apa. Saya juga tidak melihat dia diikat ke mana dan dibawa ke mana, karena kami hanya tetap di dalam rumah. Setelah diikat, Piter dibawa keluar dan dimuat ke dalam mobil. Kami tidak keluar dan tidak melihat langsung. Kami hanya duduk dan diam saja.

Sesudah itu, di luar, Om Dewan berkata, “Ambil dia punya mama sama dia punya bapak supaya ikut ke Polres. Kita langsung ke Polres!” Saat itu, Om Joni dan istrinya menutup pintu dan jendela rumah, lalu kami dinaikkan ke mobil milik Om Joni. Sementara Frengki ikut dengan motor, dan Om ojek yang satu pulang kembali ke kampung.

Setelah kami sampai di Polres, kami berdiri dan menunggu di depan. Tetapi kami tidak melihat mobil Om Dewan. Tidak lama kemudian, Om Joni turun dari mobil dan menelepon Om Dewan, bertanya, “Kamu ada di mana?” Om Dewan menjawab, “Beta masih dengan dia (Piter), singgah di rumah Nunumeu untuk tukar pakaian.” Namun, setelah mereka tiba di Polres, kami melihat pakaian yang dipakai tetap sama seperti saat di Km 12.

hingga berita ini diturunkan pihak terduga Yermias Kabnani belum memberikan keterangan resmi, meskipun kasus ini telah ditangan oleh Polres TTS.