Ditemukan !! Proyek Peningkatan Jalan Sertu di Desa Toineke, Kelebihan Material dan Dugaan Penyimpangan

oleh -Dibaca 1,600 Kali
oleh
IMG 20250223 WA0008

Mata Timor.com, SoE, TTS – Proyek peningkatan jalan sertu sepanjang 1.250 meter di Dusun II, Desa Toineke, Kecamatan Kualin, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), dengan pagu anggaran Rp. 328.829.350 dari APBDes 2024, kini menjadi sorotan akibat dugaan penyimpangan.

Yunus Koy, warga Desa Toineke yang melaporkan kasus ini, mengungkapkan adanya kelebihan 280 sak semen yang disimpan di rumah salah satu anggota Tim Pelaksana Kegiatan (TPK). Setelah penelusuran, ditemukan tumpukan semen yang tersusun rapi di sebuah kamar, namun jumlahnya tidak mencapai 280 sak karena diduga sebagian telah dijual.

“Semen dijual kepada masyarakat seharga Rp. 45.000 per sak, padahal dalam RAB tercantum harga Rp. 65.000 per sak. Saya sendiri membeli 25 sak, uangnya sudah saya serahkan tetapi semen belum saya ambil,” ungkap Yunus.

Selain itu, Yunus mengungkapkan adanya dugaan dua versi Rencana Anggaran Biaya (RAB) yang digunakan dalam proyek tersebut. “Ada dua RAB; satu mungkin untuk pertanggungjawaban internal dan satu lagi untuk laporan ke dinas Pemda dengan nominal lebih besar,” ujarnya saat ditemui awak media pada Sabtu (22/2/2025).

Yunus membandingkan proyek tahun ini dengan proyek serupa pada 2023 yang memiliki volume 1.300 meter dan ditenderkan dengan anggaran Rp. 189 juta. “Tahun ini, proyek swakelola dengan volume lebih kecil malah mencapai Rp. 328 juta lebih. Seharusnya, jika swakelola, biayanya lebih murah dan masyarakat bisa bekerja sendiri,” jelasnya.

Lebih lanjut, Yunus Koy juga menyoroti ketidaksesuaian dalam pengadaan bahan material, terutama jumlah pasir dan batu yang melebihi kebutuhan proyek. Berdasarkan perhitungan, jalan yang dikerjakan memiliki panjang 2.200 meter dengan ketebalan dan tinggi masing-masing 20 cm, yang seharusnya hanya membutuhkan 88 kubik material. Namun, jumlah material yang diadakan jauh lebih besar, dengan pasir mencapai 9 ret (36 kubik) dan batu 13 ret (52 kubik), sehingga menimbulkan pertanyaan tentang ke mana sisa bahan tersebut dialokasikan.

“Jalan yang kami (masyarakat) kerja itu hanya dengan dihitung kubikasinya cuman 88 kubik, sedangkan batu pasirnya itu sampai 400 kubik, jadi nanti batu pasirnya taruh di apa, sedangkan uangnya orang yang ambil,” ungkapnya.

“Jadi kemarin saya hitung pasir itu cuman 9 ret dengan jumlah kubiknya 36 kubik saja, batu ada 13 ret dengan jumlah kubikasinya itu 52 kubik, dan ternyata dengan jumlah keseluruhannya pasir cuman 9 ret dan batu 13 pekerja sudah selesai jadi sisa bahannya dikemanakan,” tambahnya.

Ia juga menyoroti ketidaksesuaian dalam upah tenaga kerja masyarakat. “Masyarakat seolah-olah dilibatkan hanya untuk dokumentasi foto dengan disuruh memegang sekop, sementara pekerjaan dilakukan oleh alat berat. Namun, dana Rp. 20.962.000 tetap dicairkan seolah-olah sebagai upah masyarakat, tapi itu semua untuk bayar ekskavator,” lanjutnya.

Carles Saepito bersama kedua temannya, Daud Kase dan Joel Boimau, selaku pekerja, juga mengungkapkan bahwa mereka hanya disuruh mengerjakan penahan sertu dengan bayaran Rp. 18.000 per meter.

“Untuk pekerjaan sertu, alat berat yang mengerjakan, kami hanya kerja penahan Sertu tanpa liat RAB juga karna tidak dikasih lihat juga dan hanya kami disuruh kerja saja, ” ungkap Carles.

“Saat mau menerima bayaran, kami disuruh menutup lubang dengan tanah bekas urukan ekskavator,” tambahnya.

Sementara itu, Kepala Desa Toineke, Noh A’Oetpah, saat dikonfirmasi di kediamannya, membenarkan adanya kelebihan semen tersebut, namun tidak mengetahui jumlah pastinya.

“Saya sedang sakit (stroke ringan), jadi saya saat itu membuat SK untuk TPK dan anggota yang mengerjakan proyek ini. Saya menerima laporan ada kelebihan semen, tetapi tidak tahu jumlahnya. Informasinya, kelebihan material ini akan dialihkan untuk pekerjaan fisik lain,” jelasnya.

Saat ditanya mengenai dugaan penjualan semen, Kepala Desa mengaku tidak mengetahui praktik tersebut. “Kalau informasinya untuk mereka ambil dan jual semen itu, saya pribadi tidak tahu,” pungkasnya.

Hasil pantauan sekaligus investigasi awak media di lokasi proyek menemukan bahwa volume penahan sertu tidak sesuai; beberapa titik penahan sertu belum dikerjakan dan masih terdapat tumpukan material (batu). Selain itu, ditemukan ratusan sak semen di dalam sebuah kamar rumah anggota TPK. Tinggi dan lebar penahan sertu tidak sesuai, dan campuran semen serta pasir hanya diletakkan di atas permukaan tanah tanpa digali terlebih dahulu. Hal ini menimbulkan kekhawatiran bahwa proyek yang menelan anggaran ratusan juta rupiah tersebut kurang berkualitas dan terancam segera rusak akibat derasnya aliran air saat hujan.

Rincian Anggaran Proyek:

Pekerjaan jalan sertu 1.250 meter: Rp. 125.847.250

Pekerjaan TPT 2.200 meter: Rp. 159.494.300

Pekerjaan deuker 2 buah: Rp. 27.682.100

Pekerjaan crossway 2 buah: Rp. 6.228.100

Operasional TPK: Rp. 9.577.600

Pelaksana Kegiatan: TPK Desa Toineke Sumber Dana: APBDes Desa Toineke TA 2024 Lokasi Pekerjaan: Dusun II, Desa Toineke Penyedia Barang & Jasa: CV. Mandiri Jaya Waktu Pelaksanaan: 90 Hari Kerja Sifat Pekerjaan: Swakelola

No More Posts Available.

No more pages to load.