Kegiatan ini tidak hanya mencerminkan komitmen Kamlasi sebagai calon pemimpin, tetapi juga menggambarkan semangat masyarakat yang ingin bertransformasi. Mereka ingin menunjukkan bahwa meskipun terhambat oleh masalah infrastruktur, mereka memiliki tekad untuk membangun masa depan yang lebih baik. “Kami senang bertani, dan kami memiliki potensi besar di sini. Kami hanya butuh air untuk mengubah semuanya,” ungkap Ferianto dengan penuh semangat.
Dalam setiap interaksi, terlihat jelas bahwa kedatangan Simon Petrus Kamlasi bukan hanya sekedar politik, melainkan sebuah momen di mana harapan dan kenyataan bertemu. Warga Jalur Gaza menyadari bahwa tantangan di depan masih besar, tetapi dengan dukungan pemimpin yang memahami kebutuhan mereka, masa depan yang lebih cerah bukanlah sebuah angan-angan belaka.
Dengan tekad dan komitmen bersama, masyarakat Jalur Gaza dan Simon Petrus Kamlasi siap menghadapi tantangan untuk mewujudkan harapan akan akses air bersih dan kehidupan yang lebih baik. Kunjungan ini menjadi sebuah awal, sebuah simbol bahwa perubahan selalu dimungkinkan, asalkan ada kemauan dan kerja keras dari semua pihak.