Kupang – Matatimor.com ][ Suasana Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) Oeba terasa lebih semarak pada hari Kamis, 22 Mei 2025, khususnya ketika Titus Lay, seorang pegiat nelayan aktif di Oeba, resmi menerima hadiah mesin tempel Hidea hasil undian yang dilakukan dalam rangkaian kegiatan kolaborasi Pentahelix pada 08 April lalu.
Penyerahan hadiah dilakukan langsung oleh Dr. Franchy Christian Liufeto (Tian Liufeto) sebagai akademisi, dihadiri perwakilan DKP Propinsi Dr. Deselina Kaleka disaksikan perwakilan Hidea Group Indonesia Timur secara online serta puluhan nelayan yang sedang melakukan aktifitas penjualan ikan.
“Ini bukan sekadar hadiah, tetapi simbol dari harapan baru bagi nelayan kecil untuk bisa lebih maju melalui teknologi yang terjangkau dan efisien,” ujar Dr. Tian dalam penyampaiannya.
Hidea dan Transformasi Teknologi bagi Nelayan Kecil
Mesin tempel Hidea buatan Tiongkok kini menjadi sorotan karena menawarkan harga terjangkau, hemat bahan bakar, mudah dirawat, dan mulai tersedia suku cadangnya di kawasan pesisir NTT. Produk ini dinilai cocok untuk nelayan kecil, ojek laut, dan pembudidaya rumput laut yang selama ini kesulitan menjangkau mesin tempel karena alasan harga.
Menurut Manajer Hidea Wilayah Indonesia Timur, Bapak Septinus Parinusa, Hidea ingin menjadi bagian dari solusi peningkatan akses teknologi perikanan di Indonesia Timur. “Kami ingin membangun kepercayaan, dengan pendekatan uji coba langsung di lapangan, edukasi teknis, dan pelatihan servis ringan bagi nelayan,” ujarnya.
Demo dan uji coba Hidea telah dilakukan di berbagai titik seperti Kupang, Hansisi, Sulamu, Tablolong, Manikin, Wini, dan Atapupu, menjangkau langsung perairan tempat nelayan dan pembudidaya rumput laut beraktivitas dan hasilnya memuaskan.
Kolaborasi Pentahelix: Kunci Industrialisasi Perikanan NTT
Kegiatan ini merupakan bagian dari Kolaborasi Pentahelix antara Pemprov NTT, Universitas Nusa Cendana, dunia usaha (Hidea Group dan galangan kapal), komunitas nelayan, serta media.
Dr. Franchy Christian Liufeto (Tian) dari Universitas Nusa Cendana menekankan bahwa untuk menggerakkan industri perikanan tangkap, dibutuhkan kerja sama yang menyatukan tiga kekuatan utama: Laut, Lembaga, dan Linkage. “Laut kita luas, tapi harus didukung teknologi seperti mesin tempel yang terjangkau. Lembaga keuangan seperti koperasi harus hadir, dan linkage ke pasar ekspor harus dibangun,” jelasnya.
Ia juga mengingatkan bahwa keberlanjutan adalah kata kunci: “Nelayan harus paham bahwa sumber daya harus dikelola secara terukur dan bertanggung jawab, agar generasi berikut juga bisa menikmatinya.”
Koperasi Merah Putih sebagai Pilar Pendukung
Dalam kesempatan kolaborasi Pentahelix 08 April yang lalu, Kadis DKP Propinsi NTT menyebutkan pentingnya peran Koperasi Merah Putih dalam proses industrialisasi penangkapan ikan. Koperasi ini diharapkan menjadi wadah penyedia modal usaha, akses peralatan, serta distribusi hasil tangkap yang adil dan berkelanjutan.
Titus Lay, usai menerima hadiah, menyampaikan rasa syukurnya. “Mesin ini akan sangat membantu aktivitas saya sebagai nelayan kecil. Terima kasih untuk semua pihak yang sudah berkolaborasi untuk kami di lapangan,” ujarnya.
Dr. Tian mengatakan penyerahan hadiah ini tidak hanya menjadi momen kebahagiaan individu, tapi juga menjadi simbol keberpihakan kepada nelayan kecil memanfaatkan kemajuan teknologi untuk arah pembangunan sektor kelautan NTT yang lebih terbuka, kolaboratif, dan berpihak pada masyarakat pesisir.