MataTimor.com – TTS – Perayaan Paskah 2025 di Jemaat GMIT Imanuel SoE menjadi momen yang tak hanya memperkuat iman, tetapi juga mempererat tali kebersamaan dan merayakan keberagaman. Dalam rangka menyambut hari kemenangan umat Kristiani tersebut, jemaat menyelenggarakan Lomba Kreasi Salib yang melibatkan seluruh rayon jemaat.
Ketua Majelis Jemaat GMIT Imanuel SoE, Pdt. Amy V. Nubatonis-Oetemusu, S.Th., S.Si., mengungkapkan bahwa ide lomba ini berasal dari para pemuda-pemudi pengurus jemaat, dan diarahkan ke tingkat rayon untuk membangun semangat kekeluargaan yang lebih kokoh.
“Kami tidak ingin Paskah hanya menjadi perayaan seremonial tahunan, tetapi menjadi momen di mana pelajaran iman bisa muncul melalui proses bersama,” ujarnya.
Dari total 40 rayon, sebanyak 33 rayon ambil bagian secara aktif. Meski tujuh lainnya belum sempat berpartisipasi, Pdt. Amy tetap mengapresiasi semangat tinggi para pemuda.
“Mereka adalah generasi penerus gereja, dan kami percaya Tuhan sudah menaruh potensi besar dalam diri mereka,” tambahnya.
Penilaian lomba dilakukan selama empat hari oleh tim yang terdiri dari tiga pendeta dan beberapa ahli seni. Aspek teologis serta estetika seperti pencahayaan dan bentuk menjadi fokus penilaian.
“Kreasi salib ini bukan hanya soal keindahan visual, tetapi juga bagaimana pesan iman muncul dari proses penciptaannya,” jelas Pdt. Amy.
Salah satu rayon yang mencuri perhatian adalah Rayon Nekmese, yang menghadirkan karya salib penuh makna rohani dan pesan toleransi lintas agama. Koordinator Rayon, Oritjes Tefa, S.Sos., menyampaikan bahwa proses pengerjaan berlangsung selama satu bulan, melibatkan banyak pihak, dan dilakukan dengan penuh semangat meski menghadapi berbagai tantangan.
“Kami tekankan bahwa tujuan utama bukan menang atau kalah, tetapi memuliakan Tuhan melalui karya ini,” ucapnya.
Menariknya, sebagian besar bahan yang digunakan merupakan limbah daur ulang seperti koran, baliho, dan kayu bekas, yang disulap menjadi karya seni penuh makna.
Wakil Ketua Pemuda Rayon Nekmese, Gustaf Alfa Ediaon Nipu, menjelaskan bahwa salib kreasi mereka terinspirasi dari Yohanes 19:34. Tak hanya menyentuh sisi spiritual, proses pengerjaan juga menunjukkan harmoni antarumat beragama.
“Kami terbuka bagi semua basodara, termasuk dari agama lain. Ada teman-teman Muslim, Katolik, dan lainnya yang turut membantu. Ini bentuk nyata dari toleransi,” ungkap Gustaf.
Ia pun mengapresiasi semua pihak yang telah memberikan dukungan, sembari berharap semangat kebersamaan ini terus tumbuh dalam kehidupan sehari-hari.
“Semoga pemuda makin bertanggung jawab dan menerima diri dalam membangun komunitas yang bersatu,” tutupnya.
Lomba Kreasi Salib ini tak hanya menampilkan karya visual, tetapi menjadi cerminan nyata bagaimana iman, kreativitas, dan toleransi bisa bersatu dalam semangat Paskah.