MataTimor – TTS –
Pendahuluan:
Puisi sering kali menjadi tempat anak muda mencurahkan isi hati. Saat kata-kata lisan terasa sulit sulit diucapkan, puisi hadir sebagai cara lain untuk mengekspresikan perasaan. Lewat puisi, seseorang bisa menyampaikan emosi, pikiran, dan pengalaman hidup dengan cara yang lebih bebas dan jujur. Puisi tidak selalu harus rumit atau penuh aturan. Justru karena bebas, puisi jadi salah satu alternatif sehat dan tempat pelarian aman untuk anak muda menyampaikan hal-hal yang sulit diucapkan secara terbuka. Entah ditulis di catatan ponsel, di buku harian, atau dibagikan ke media sosial. Puisi bisa membantu banyak orang terutama anak muda untuk merasa lega dan di mengerti, meskipun hanya lewat kata-kata.
Kenapa harus puisi?
Karena puisi merupakan ekspresi yang jujur dan bebas. Tidak ada aturan kaku sehingga kamu bisa menulis sesingkat atau sepanjangan apa yang kamu mau. Dan yang paling penting puisi membuat kita merasa didengar, walau tanpa harus bicara.
Ada tips sederhana yang bisa dilakukan atau coba yaitu:
Jujur dengan perasaan kamu: Tulis apa yang benar-benar kamu rasakan jangan takut salah ataupun aneh. Puisi adalah tempat yang aman untuk kamu mengekspresikan semua emosimu.
Gunakan bahasa yang mudah dimengerti: tidak perlu kata-kata yang indah dan berlebihan, gunakan saja bahasa sehari-hari yang nyaman dan mudah di mengerti.
Luangkan waktu sendiri : kadang perasaan akan lebih mudah di tulis jika kamu sedang sendiri dan tenang, jadi pilihlah tempat yang membuat kamu sendiri seperti kamar, taman dan lain sebagainya.
Terus menulis, jangan tunggu Sempurna: awalnya mungkin canggung tapi, jika kamu sering menulis maka kamu akan merasa terbiasa. Menulis puisi itu seperti curhat semakin jujur maka akan semakin lega.
Ke-empat tips ini mungkin bisa membantu sehingga kamu lebih berani dalam menulis puisi jangan takut salah tulis saja tentang apa yang kamu rasakan, tidak perlu harus mengikuti struktur puisi yang ada coba untuk terus menulis maka perlahan akan membuat kamu merasa lega, jika kamu mau maka bagikan kepada orang-orang terdekat mu untuk dibaca karena terkadang mendapatkan respon positif bisa membuat hati lebih lega dan termotivasi.
Refleksi Emosi, Fakta Dari Pengalaman Pribadi Dan Orang Lain.
Nah setelah mencoba menuangkan perasaan lewat kata-kata, kamu akan sadar bahwa puisi sebagai sarana penyembuhan yang sederhana namun kuat. Seperti saya yang belajar banyak dari pengalaman pribadi, waktu itu ayah dan ibu bercerai dan saya harus ikut tinggal bersama ayah karena hak asuh anak jatuh ke ayah. Perasaan sedih, kecewa, sakit hati muncul dengan sendirinya rasa rindu yang datang silih berganti itu membuat saya bingung untuk menceritakan semua yang saya alami saat itu sehingga sampai akhirnya saya merasa kalau puisi menjadi tempat yang cocok untuk meluapkan segala yang saya rasakan saat itu. Namun perjalanan saya dalam menulis puisi tidak selalu mulus. Saya pernah ditunjuk untuk mewakili sekolah mengikuti lomba puisi di Kolbano. Saya berhasik masuk sampai semifinal, tapi saat final saya kalah. Saat itu saya merasa mungkin saya terlalu percaya diri dan kurang persiapan. Rasa kecewa tentu ada, apalagi karena saya membawa nama sekolah. Tapi saat itu saya tidak sendiri. Teman-teman dan para guru terus menyemangati saya. Mereka menginggatkan saya kalau kalah bukanlah akhir dari semua, melainkan bagian dari proses belajar. Beberapa waktu kemudian, ada lomba cipta dan baca puisi di sekolah. Saya memberanikan diri untuk ikut serta dalam lomba itu, dan puji Tuhan saya mendapat juara 1, dari situ saya menjadi termotivasi untuk terus menulis puisi.
Berikut ini puisi yang saya tulis sendiri berdasarkan pengalaman pribadi saya sebagai bentuk ungkapan dari perasaan terdalam saya:
DIA YANG HILANG
Karya: Nani Amelia. Tahun
Kini genap 18 Tahun Engkau pergi meninggalkan ku
Aku yang dulunya kecil dan mungil kini tumbuh dewasa tanpa mu
Kau hilang di saat aku benar-benar membutuhkan mu
Kini ku rindu kasih sayang darimu
Aku di paksa waktu untuk melupakan mu
Namun aku di paksa rindu untuk mengingat mu
Tubuh yang membutuhkan peluk mu
Dan hari yang membutuhkan tawa mu
Kini kau hilang …. hilang …. hilang….
Dan mungkin tak akan kembali
Tahun pun berganti begitu cepat
Tapi kita tak kunjung bertemu
Mulut ini hanya bisa diam dan membisu
Melihat semua yang telah terjadi
Rasanya ingin ku hentikan waktu dan meminta engkau tetap ada bersama ku
Namun sayangnya itu hanyalah sebuah mimpi
Yang tak akan pernah terkabul
Namun apa yang harus aku lakukan?
Aku terus di tuntut oleh keadaan untuk terus berjuang
Dan kuat menghadapi semuanya
Air mata dan tenaga yang terkuras
Membuat ku ingin menyerah
Tapi…………………………. kini aku sadar
Bahwa engkau yang hilang pasti akan kembali
Kini rinduku……… Doaku………… Cintaku……….
Hanyalah untuk dirimu Ibu ku…….
Puisi bisa menjadi tempat paling aman dan jujur bagi anak muda untuk meluapkan semua perasaan yang mereka alami. Puisi di atas menunjukkan bahwa di balik bait-bait yang sederhana, ada emosi yang tersimpan mulai dari rasa rindu, kecewa, marah, hingga kehilangan. Menulis puisi bukan soal indah tapi keberanian untuk menghadapi dan menulisa apa saja yang dirasakan.
Puisi ‘’DIA YANG HILANG’’ adalah contoh nyata bagaimana kehilangan seorang ibu bisa diungkapkan melalui kata-kata yang tulus. Dengan puisi, saya bisa menyampikan hal-hal yang sulit saya ungkapkan langsung. Rasa rindu yang mendalam, luka karena perpisahan, dan harapan untuk bertemu yang tak pernah padam semua bisa diceritakan lewat puisi tanpa harus menentukan siapa dan apa yang harus menjadi tempat cerita tersebut didengar.
Lewat pengalaman ini, saya belajar bahwa menulis puisi bukan hanya membantu saya untuk tenang, tetapi juga menjadi cara saya berdamai dengan masa lalu meskipun masih ada rasa kehilangan yang mendalam. Bagi saya dan mungkin juga bagi anak muda lainnya, puisi adalah cara hati, pikiran, perasaan dan emosial berbicara saat mulut tak sanggup berkata.
Saya tidak hanya menulis puisi berdasarkan pengalaman pribadi, tetapi saya juga meminta beberapa teman dan adik saya untuk menulis apapun yang mereka rasakan tanpa harus plagiat atau copy paste dari internet. Karena saya merasa bahwa saya tidak sendiri tentunya ada banyak remaja dan anak muda yang memilih untuk memendam semuanya karena mereka tidak tahu harus curhat ke siapa, atau mereka takut di bilang berlebihan.
Berikut ini ada contoh puisi yang ditulis oleh adik saya berdasarkan apa yang dia rasakan dan sulit untuk di sampaikan\dikatakan.
Ayah
Karya: Fani Joice Tahun
Ayah….Engkau adalah pahlawan sehari-hariku
Memberikan nafkah dan makanan, engkau yang membiayaiku
Ayah engkau selalu tersenyum didepan ku
Engkau tak kenal lelah…… bekerja untuk menafkahi kami
Aku selalu membuat mu kesal, tapi engkau selalu sabar
Maafkan aku ayah yang belum bisa membalas jasamu……
Puisi diatas merupakan ungkapan tulus dari hati adik saya yang selama ini mungkin sulit untuk diucapkan secara langsung. Lewat puisi ini saya melihat bagaimana kata-kata sederhana bisa jadi penyambung antara perasaan yang terpendam dan keinginan untuk menyampaikan permintaan maaf dan ucapan terima kasih.
Banyak dari kita mungkin juga merasakan hal yang sama, kita ingin mengatakan sesuatu kepada orang tua tapi kita tidak tahu bagaimana caranya. Maka puisi ini bisa menjadi ruang aman untu kita mengekspresikan semuanya. Melalui puisi tersebut saya belajar bahwa tidak perlu kata-kata indah untuk menulis puisi, tetapi juga tentang keberanian untuk jujur terhadap perasaan sendiri.
Ada satu puisi menarik yang ditulis teman saya. Puisi itu berjudul ‘’Surga yang Kalian Ambil’’ puisi merupakan contoh nyata bagamana anak muda dapat meluapkan perasaan melalui karya satra. Janetry, sang penulis, menggunakan puisi sebagai alternatif untuk mengekspresikan keresahan dan ketidakadilan yang ia rasakan terhadap kondisi sosial di sekitarnya.
Setiap bait-bait yang penuh dengan emosi, kegelisahan hati atas janji-janji yang tidak ditepati dan perampasan hak atas tanah. Meskipun tidak disampaikan secara langsung dalam media terbuka, perasaan tersebut tersalur melalui kata-kata puisi yang kuat dan jujur. Puisi ini menjadi salah satu cara paling jujur dan bebas bagi anak muda untuk meluapkan perasaan baik itu sedih, kecewa, marah, kehilangan, dan masih banyak lagi semuanya itu biasa dituangkan tanpa takut salah. Melalui puisi ini Janet menunjukkan bahwa anak muda juga peduli, peka, dan berani bersuara meski lewat bait-bait sederhana.
Makna Puisi Menurut pandangan saya dan orang lain
Menurut saya puisi bukan hanya curahan hati tapi juga merupakan proses seseorang bertumbuh dengan menjadikan pengalaman sebagai pelajaran hidup untuk tetap kuat dan kembali bangkit dari setiap kegagalan yang dialami. Sementara itu, dari puisi yang di tulis oleh adik dan teman saya, saya melihat bahwa mereka juga menjadikan puisi sebagai saran untuk mengungkapkan hal-hal yang sulit untik diucapkan secara langsung. Ada yang tulis tentang kasih sayang orang tua, ada juga yang menyuarakan ketidakadilan sosial. Meskipun judl dan persaan mereka berbeda, mereka sama- sama menggunakan puisi sebagai cara meluapakan isi hati.
Refleksi Akhir.
Terlalu banyak cerita yang membuat otak, hati, dan pikiran kita kadang tidak sanggup untuk menampung semuanya itu sehingga kita kehilangan arah, sters, dan depresi bahkann secara tidak sadar kita melampiaskan semuanya itu dengan melakukan hal-hal negatif yang merugikan diri kita sendiri, keluarga dan orang lain. Disinilah puisi hadir sebagai jalan keluar yang lebih sehat dan positif. Daripada menyakiti diri sendiri atau memendam emosi terlalu lama, menulis puisi menjadi wadah aman untuk menyalurkan perasaan tanpa menyakiti siapa pun, termasuk diri kita sendiri.
Melalui puisi, anak muda belajar mengenal dirinya sendiri. Mengenal peasaan-perasaan yang selama ini mungkin tidak pernah diberi ruang untuk diakui dan didengar. Dan siapa sangka, lewat kata-kata yang lahir dari hati, kita bisa lebih tenang, beban jadi lebih ringan, dan pikiran jadi lebih jernih. Tanpa kita sadari bahwa dibalik setiap bait-bait yang sederhana, ada hati yang bicara karena puisi adalah suara hati yang tak berani bersuara tapi bisa menyembuhkan luka yang tak terlihat dan tak perlu harus jadi penyiar hebat untuk menulis puisi, cukup jadi dirimu sendiri dan biarkanlah hati yang bicara. Seperti yang sering dikatakan: ‘’Poerty is voice of the heart when the mouth stays silent’’ (Puisi adalah suara hati saat mulut tetap diam) dan dari semua yang telah saya alami dan tulis, saya juga belajar bahwa kadang menulis puisi dapat menyembuhkan apa yang disembunyikan oleh diam.