SoE – MataTimor.com ][ Rilisan data terbaru dari Balai Penjamin Mutu Pendidikan (BPMP) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) membuat publik terhenyak. Sebanyak 145.268 anak di NTT tercatat sebagai Anak Tidak Sekolah (ATS), dan Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) menjadi penyumbang angka tertinggi dengan 22.459 anak yang tidak Sekolah.
Menanggapi temuan ini, Bupati TTS Eduard Markus Lioe atau yang akrab disapa Buce Lioe, menyatakan bahwa ini merupakan persoalan serius yang menjadi prioritas pemerintah daerah.
“Saya menerima data ini sebagai informasi penting bagi kami. Tentunya ini jadi tanggung jawab besar yang harus segera ditangani. Kami akan berupaya mencari akar masalah dan solusi terbaik untuk menekan kondisi ini,” ujar Bupati Buce saat dikonfirmasi MataTimor.com di GOR Nekmese, beberapa hari lalu.
Menurutnya, fenomena anak putus sekolah bahkan terlihat nyata di kehidupan sehari-hari. Ia mencontohkan, banyak anak-anak asal TTS yang ditemui sedang berjualan di lampu-lampu merah di Kota Kupang.
“Coba dicek, anak-anak kecil yang jualan koran dan minuman di jalan itu, banyak yang dari TTS,” ungkapnya
Bupati Buce menilai, penyebab tingginya ATS bukan hanya faktor ekonomi semata, tetapi juga minimnya perhatian orang tua, serta budaya keluarga yang cenderung abai terhadap pentingnya pendidikan.
“Biasanya kalau dalam satu keluarga, kakaknya tidak sekolah, adiknya juga ikut tidak sekolah. Ini soal kesadaran bersama,” tegasnya.
Pemerintah, kata Buce, tengah mendorong Dinas Pendidikan dan seluruh pemangku kepentingan, termasuk para camat dan kepala desa, untuk mendata secara menyeluruh anak-anak yang tidak sekolah, serta menyusun langkah intervensi yang terukur.
“Kita masih dalam masa awal tahun ajaran, masih ada peluang besar untuk menyerap anak-anak ini kembali ke sekolah,” tambahnya optimis.
Bupati Buce juga menegaskan, komitmen pemerintahannya bersama Wakil Bupati Johny Army Konay adalah mendorong pemerataan dan akses pendidikan yang layak untuk semua anak di TTS, tanpa terkecuali.