MataTimor.com – TTS – Institut Pendidikan SoE bersama mahasiswa menggelar kegiatan dukungan pendidikan bagi korban bencana longsor di Desa Kuatae yang mengungsi di GOR Nekmese, SoE. Kegiatan ini bertujuan untuk memastikan mahasiswa dan anak-anak terdampak tetap mendapatkan akses pendidikan meskipun dalam kondisi darurat.
Demikian, pada hari, senin, (31/03/2025) Kepala Lembaga Kemahasiswaan dan Alumni Institut Pendidikan SoE, Serlinia Rambu Anawoli, M.Pd., menegaskan bahwa pendidikan harus tetap berjalan meski dalam situasi sulit.
“Bencana ini tidak boleh merenggut cita-cita dan masa depan mereka. Oleh karena itu, kami menerapkan metode Vanlearning agar pembelajaran tetap menyenangkan dan interaktif,” ujarnya.
Serlinia, menjelaskan bahwa mahasiswa yang terlibat dalam kegiatan ini mengajarkan berbagai keterampilan, seperti bahasa Inggris, musik, dan pembuatan media pembelajaran. Tujuannya adalah agar anak-anak tetap mendapatkan pendidikan dan tidak kehilangan semangat belajar meskipun berada di pengungsian.
Serlinia juga menyoroti ketimpangan dalam sektor pendidikan, terutama di daerah terdampak bencana.
“Saat ini masih banyak ketimpangan dalam dunia pendidikan. Kami berharap secara bertahap kondisi ini bisa diperbaiki, meskipun ada kendala efisiensi atau pemotongan anggaran. Yang terpenting, anak-anak tetap mendapatkan pendidikan berkualitas dan diajar oleh guru-guru yang kompeten. Oleh karena itu, Institut Pendidikan SoE terus membekali mahasiswa agar kelak menjadi tenaga pendidik yang berkualitas bagi anak-anak di TTS,” jelasnya.
Ketua Senat Mahasiswa, Aminadab Missa, menekankan bahwa kehadiran mereka bukan hanya untuk mendukung proses pembelajaran, tetapi juga untuk memberikan hiburan agar anak-anak dapat kembali semangat setelah mengalami bencana.
“Kami membawa buku, bolpoin, dan buku gambar untuk anak-anak yang belum bersekolah. Harapannya, dengan ini mereka tetap bisa belajar meskipun dalam keterbatasan,” katanya.
Ia juga berharap adanya bantuan berupa peralatan tulis bagi anak-anak terdampak bencana agar mereka dapat belajar dengan lebih baik.
“Kami merasa bangga karena kedatangan kami disambut dengan antusias. Anak-anak sangat bersemangat untuk belajar. Saat kami tiba, mereka langsung bergabung dan mengikuti berbagai aktivitas, seperti menggambar, menulis, serta melihat simulasi letusan gunung yang dibuat oleh teman-teman mahasiswa,” tambahnya.
Sementara itu, mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, Semi Tefnay, menjelaskan bahwa setiap mahasiswa menyesuaikan materi pembelajaran sesuai dengan bidang studinya.
“Mahasiswa dari berbagai program studi memiliki peran masing-masing. Prodi Biologi dan Fisika memperkenalkan konsep gunung meletus, mulai dari proses awal hingga terjadinya letusan. Prodi Bahasa Inggris mengenalkan warna dalam bahasa Inggris untuk anak-anak SD dan PAUD. Sementara itu, Prodi PGSD mengajarkan materi dasar yang biasa mereka dapatkan di sekolah,” jelasnya.
Semi menegaskan bahwa tujuan utama kegiatan ini adalah untuk menghibur anak-anak agar mereka tidak merasa tertekan akibat bencana yang mereka alami.
“Tujuan kami bukan sekadar mengajar, tetapi juga bermain bersama anak-anak agar mereka bisa merasa lebih bahagia dan tidak terbebani dengan situasi yang ada,” ungkapnya.
Ia pun berharap materi yang telah disiapkan oleh para mahasiswa dapat memberikan manfaat bagi anak-anak di pengungsian.
“Saya berharap apa yang telah disiapkan oleh teman-teman dapat bermanfaat, menambah ilmu pengetahuan, serta membuat anak-anak tidak merasa jenuh dengan keadaan ini,” harapnya.
Sebanyak 50 mahasiswa dari berbagai program studi, termasuk Pendidikan Bahasa Inggris, Biologi, Matematika, Fisika, PGSD, Olahraga, dan Kimia, terlibat dalam kegiatan ini. Mereka tergabung dalam Senat Mahasiswa dan didampingi tiga dosen, yakni Pdt. Selfi Nalen Ndun, S.Th., M.Th., Yabes Olbata, M.Pd., serta Ketua Senat Mahasiswa, Aminadab Missa.