,

Longsor Hancurkan Segalanya, Tapi Hutang di Bank tak Ikut Lenyap

oleh
oleh
Shares

MataTimor.com, TTS – Semuel Isu, salah satu korban bencana longsor di Desa Kuatae, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), menyampaikan keluhannya terkait dampak ekonomi dan sosial yang dialaminya setelah musibah tersebut. Selain kehilangan tempat tinggal dan usaha, ia masih harus menghadapi beban angsuran bank yang tetap berjalan setiap bulan.

“Ini kami sudah kena musibah, tapi kami masih terbeban dengan angsuran di bank. Setiap bulan harus mengangsur. Kalau kami masih dikumpulkan di sini (GOR), kami takut juga pas tanggal mengangsur ada kolektor bank datang cari kami, sedangkan tempat tinggal dan usaha kami sudah hancur semua,” ungkap Semuel dengan nada penuh kecemasan, Kepada Awak Media di Gor Nekmese SoE, Selasa (25/3/2025).

Tak hanya masalah finansial, Semuel juga mengkhawatirkan masa depan pendidikan anak-anaknya jika mereka harus direlokasi ke tempat baru yang jauh dari sekolah mereka saat ini.

“Kami juga pikir anak-anak kami yang sementara sekolah, apakah nanti mereka masih bisa bersekolah kalau tempatnya jauh? Kami tidak mungkin kembali lagi ke rumah kami yang sudah rusak,” tambahnya.

Bencana longsor yang terjadi beberapa waktu lalu telah mengakibatkan puluhan rumah warga rusak parah, memaksa mereka untuk mengungsi ke Gedung Olahraga (GOR) yang disediakan oleh pemerintah daerah. Namun, kondisi di pengungsian jauh dari kata ideal, terutama bagi mereka yang kehilangan mata pencaharian dan harus tetap memenuhi kewajiban keuangan mereka.

Sejumlah warga mengeluhkan minimnya perhatian dari pihak terkait terhadap beban psikologis yang mereka alami. Selain itu, kebutuhan dasar seperti makanan, air bersih, serta dukungan pendidikan bagi anak-anak juga menjadi persoalan utama yang perlu segera ditangani.

Para korban longsor, termasuk Semuel, berharap adanya perhatian lebih dari pemerintah dan pihak perbankan terkait kemungkinan keringanan atau penundaan pembayaran angsuran bagi mereka yang terdampak. Mereka juga meminta kejelasan terkait lokasi relokasi agar tidak mengganggu akses anak-anak terhadap pendidikan.

“Kami hanya berharap ada kebijakan yang bisa meringankan beban kami. Jangan sampai setelah kehilangan segalanya, kami masih harus dipersulit dengan urusan angsuran dan masa depan anak-anak,” pungkas Semuel.

No More Posts Available.

No more pages to load.