Paket Bumy: Kolaborasi yang Sudah Terjalin Sejak Lama
TTS-MATATIMOR-OPINI
Dalam dinamika politik lokal, kemunculan pasangan calon bupati yang memiliki rekam jejak panjang bekerja sama bukanlah hal yang baru, namun dalam konteks Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), hal ini menjadi sorotan penting. Salah satu pasangan yang menjadi perhatian dalam kontestasi ini adalah Buce Lioe dan Army Konay, yang mengusung nama “Paket Bumy.” Uniknya, keduanya ternyata sudah menjalin kerja sama jauh sebelum mereka memutuskan maju sebagai pasangan calon bupati dan wakil bupati di Pilkada TTS.
Seperti yang diungkapkan oleh Army Konay kepada media ini pada beberapa waktu lalu, hubungan kerja sama antara dirinya dan Buce Lioe telah terjalin lebih dari satu dekade yang lalu. Mereka berdua pernah bekerja bersama di PLN Soe, salah satu instansi vital yang melayani kebutuhan energi listrik di wilayah tersebut. “Dulu Bapak Buce di PLN Soe, saya juga bekerja di PLN Soe, sehingga kami ini bukan baru bersama saat maju calon Bupati,” ujar Army Konay kepada wartawan. Pernyataan ini menegaskan bahwa kolaborasi antara keduanya bukanlah hal yang baru dan sekadar terbentuk demi kepentingan politik Pilkada.
Buce Lioe dan Army Konay tidak hanya dikenal sebagai figur yang memiliki hubungan profesional lama, tetapi juga sebagai tokoh politik yang sudah malang melintang dalam dunia pemerintahan. Buce Lioe pernah menjabat sebagai anggota DPRD Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) selama dua periode. Sementara itu, Army Konay menjabat sebagai Wakil Bupati TTS pada periode 2019-2024, mendampingi Egusem Pieter Tahun. Namun, pada Pilkada kali ini, Army memilih untuk berpisah dari Egusem dan membentuk kemitraan baru dengan Buce Lioe.
Keputusan Army untuk tidak lagi mendampingi Egusem menjadi spekulasi menarik di kalangan masyarakat politik lokal. Dalam dinamika politik, perpisahan antara calon yang sebelumnya telah bekerja bersama sering kali dipandang sebagai perubahan strategi atau perbedaan visi. Namun, bagi Army, keputusan ini lebih merupakan langkah untuk mengedepankan misi yang lebih sesuai dengan apa yang ingin dicapainya bersama Buce Lioe. Dengan kedekatan dan pengalaman kerja bersama, keduanya meyakini bahwa kolaborasi yang telah terjalin lama dapat menjadi modal utama dalam membangun Kabupaten Timor Tengah Selatan lebih baik.
Keduanya berkomitmen untuk membawa visi baru dalam pembangunan Kabupaten TTS. Dengan latar belakang pengalaman di sektor publik dan politik, pasangan ini menjanjikan pendekatan yang lebih komprehensif dan kolaboratif dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi daerah, mulai dari infrastruktur, pelayanan publik, hingga pemberdayaan masyarakat. Keterlibatan mereka dalam lembaga-lembaga penting seperti PLN dan DPRD menjadi modal penting untuk memahami kebutuhan masyarakat TTS secara lebih mendalam.
Dalam konteks Pilkada, pemilih sering kali menaruh perhatian pada faktor-faktor seperti integritas, pengalaman, dan kedekatan emosional para kandidat dengan wilayah yang mereka pimpin. “Paket Bumy” tampaknya telah memenuhi kriteria ini, terutama dengan latar belakang mereka yang sudah teruji di bidang pemerintahan dan pelayanan publik.
Pilihan Buce Lioe dan Army Konay untuk maju bersama dalam Pilkada kali ini bukan hanya karena mereka sudah lama bekerja sama, tetapi karena mereka meyakini bahwa kebersamaan mereka sejak dulu bisa menjadi kunci untuk membawa perubahan yang lebih baik bagi Kabupaten Timor Tengah Selatan. Dengan pengalaman panjang dan kedekatan emosional yang kuat, pasangan ini berharap dapat meraih dukungan dari masyarakat untuk membawa Kabupaten TTS ke arah yang lebih baik. Apakah kolaborasi ini akan berhasil mengantarkan mereka ke kursi bupati dan wakil bupati? Hanya waktu dan pilihan masyarakat yang bisa menjawabnya.
Namun satu hal yang jelas, Paket Bumy telah memperlihatkan bahwa hubungan jangka panjang dalam pekerjaan dan politik bisa menjadi dasar yang kuat untuk sebuah kolaborasi kepemimpinan yang solid.