Penting untuk dicatat bahwa keberadaan isu suku dalam pemilu bukan semata-mata cerminan dari politik yang sektarian, melainkan juga ekspresi dari harapan masyarakat untuk diakui dan dilibatkan dalam pengambilan keputusan. Keterwakilan suku dalam politik di NTT juga sering dipandang sebagai cara untuk menjaga keseimbangan sosial dan politik, serta menghindari dominasi satu kelompok atas kelompok lain.
Dalam menghadapi pemilihan gubernur 2024, masyarakat NTT diharapkan dapat bijak dalam memilah antara politik identitas yang konstruktif dan yang destruktif. Isu suku, pada satu sisi, dapat mempersatukan komunitas dalam semangat kebersamaan, tetapi pada sisi lain, juga berpotensi menimbulkan friksi jika tidak dikelola dengan baik. Oleh karena itu, penting bagi semua pihak—baik masyarakat maupun calon pemimpin—untuk terus mengedepankan nilai-nilai persatuan dan mencari pemimpin yang mampu menjawab tantangan NTT secara menyeluruh, bukan semata-mata berdasarkan identitas kesukuan.
Pemilihan gubernur bukan hanya soal keterwakilan suku, melainkan juga tentang memilih pemimpin yang mampu membawa perubahan dan kemajuan bagi seluruh masyarakat NTT. Dalam demokrasi, suara rakyat adalah yang terpenting, tetapi suara tersebut harus dilandasi pada pertimbangan yang matang, demi masa depan yang lebih baik.