MataTimor.com – TTS – Jumat, 21 Maret 2025. Langit Kota Soe mulai meredup, berganti dengan semburat jingga yang perlahan ditelan gelap. Senja itu tidak hanya membawa kesejukan khas kota kecil ini, tetapi juga menghadirkan nuansa syahdu yang lebih dalam. Kabut tipis mulai menyelimuti kota, seakan menjadi pertanda turunnya berkah bagi mereka yang memiliki hati untuk berbagi.
Di tengah udara yang semakin dingin, Masjid Nurussa’adah, salah satu masjid tertua di Kota Soe yang berdiri megah di belakang toko Mubatar menjadi saksi sebuah peristiwa yang lebih dari sekadar acara seremonial. Sore itu, bukan hanya umat Muslim yang berkumpul untuk berbuka puasa, tetapi juga saudara-saudara dari Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) yang datang membawa semangat kebersamaan dan kasih sayang.
Tema yang diusung begitu dalam maknanya: “Dengan Semangat Kebangsaan Kita Jalin Silaturahmi, Meneguhkan Iman, dan Peduli Sesama.” Sore itu, kebersamaan terasa lebih nyata daripada sekadar kata-kata, menghadirkan kehangatan yang menembus batas-batas perbedaan.
Dipimpin oleh Ketua PSMTI Kabupaten TTS, Robert Tan, serta didampingi oleh Ketua Ikatan Pemuda Tionghoa Indonesia yang juga merupakan anggota DPRD TTS Fraksi Demokrat, Chandra F. Susianto, rombongan PSMTI disambut dengan penuh kehangatan oleh Ketua Majelis Taklim Masjid Nurussa’adah, Anwar Woda, serta jajaran pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten TTS.
Tidak ada sekat. Tidak ada batas. Hanya ada tangan-tangan yang saling berjabat erat dalam nuansa persaudaraan yang tulus.
Dalam sambutannya, Anwar Woda tidak mampu menyembunyikan rasa syukur dan harunya atas inisiatif yang dilakukan PSMTI.
“Kami tidak bisa membalas apa-apa, hanya doa yang dapat kami panjatkan. Semoga apa yang telah dilakukan oleh PSMTI menjadi berkah bagi penerima manfaat di Masjid kami,” ucapnya
Lebih dari sekadar berbagi makanan untuk berbuka puasa, Anwar melihat kehadiran PSMTI sebagai sebuah momentum berharga yang bisa menjadi pelajaran bagi generasi mendatang.
“Apa yang ditanamkan hari ini bukan hanya tentang berbagi materi, tetapi juga tentang menanamkan nilai-nilai kebersamaan dan kasih sayang. Semoga ini menjadi contoh bagi anak cucu kita, agar mereka tumbuh dengan nilai-nilai persaudaraan yang kokoh,” lanjutnya penuh harap.
Sore itu, di antara lantunan doa yang menggema di udara, Masjid Nurussa’adah bukan hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga rumah bagi siapa saja yang ingin berbagi dan menjalin silaturahmi.
Dalam kesempatan yang sama, Robert Tan dengan penuh semangat menjelaskan bahwa PSMTI bukan sekadar sebuah organisasi, tetapi juga wadah bagi mereka yang ingin menebarkan kepedulian.
“PSMTI adalah organisasi yang memiliki dasar hukum kuat dan sudah tersebar di lebih dari 400 daerah di seluruh Indonesia. Kami berkomitmen untuk terus melakukan kegiatan sosial di berbagai tempat,” ujarnya.
Namun ada yang berbeda kali ini. Jika sebelumnya mereka lebih sering melakukan kegiatan sosial di gereja-gereja, kali ini mereka memilih masjid sebagai tempat untuk berbagi kasih.
“Kami memilih Masjid Nurussa’adah bukan tanpa alasan. Ini adalah masjid pertama di Kota Soe, yang memiliki sejarah panjang dan menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat di sini. Kami ingin memulai langkah ini dari tempat yang memiliki nilai sejarah dan spiritual yang mendalam,” jelas Robert dengan suara penuh keyakinan.
Lebih dari itu, Robert juga menekankan bahwa berbagi bukan hanya kewajiban, tetapi juga kebahagiaan.
“Kita berbahagia sekali karena setelah kita datang, sambutan yang luar biasa kita terima. Di bulan suci ini, kita berbagi dengan apa yang kita punya. Apa gunanya kaya kalau tidak bisa berbagi?” katanya, menyiratkan filosofi hidup yang begitu dalam.
Pernyataan itu diamini oleh Chandra F. Susianto, yang menambahkan bahwa kegiatan seperti ini seharusnya tidak berhenti di sini.
“Selama ini kita banyak melakukan kegiatan sosial di gereja, membantu para janda, duda, dan anak yatim. Hari ini, kita memulai langkah baru dengan berbagi di masjid. Ini bukan yang terakhir, tetapi awal dari perjalanan panjang kita untuk lebih peduli pada sesama,” ungkapnya saat diwawancarai terpisah matatimor.com
saat itu, seorang tokoh Muslim yang mewakili Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten TTS juga menyampaikan rasa bangga dan terima kasihnya.
“Saya merasa bangga, bahagia, dan sangat bersyukur atas apa yang telah dilakukan oleh PSMTI. Ini adalah bukti bahwa kita bisa hidup rukun dalam keberagaman. Alhamdulillah, selama ini, dalam masa puasa, kami tidak pernah merasa ada perbedaan. Kita semua tetap satu,” ujarnya dengan penuh haru.
Ia pun mengingatkan bahwa nilai-nilai kebangsaan yang diusung dalam acara ini adalah esensi dari kehidupan bernegara yang harus terus dijaga.
“Kita harus tetap menjadi satu kesatuan sebagaimana semboyan negara kita, Bhinneka Tunggal Ika berbeda-beda tetapi tetap satu. Ini bukan hanya slogan, tetapi harus menjadi cara hidup kita,” tutupnya