Gelar Workshop Tenun Ikat di TTS, Dinas PK dan Balai Pelestarian Kebudayaan Dorong Pelestarian Warisan Budaya

Shares

TTS – MataTimor.comDinas Pendidikan dan Kebudayaan (PK) Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XVI Nusa Tenggara Timur (NTT) menggelar workshop tenun ikat pada 17–18 Juni 2025. Kegiatan ini dilangsungkan di SMP Negeri Ki’e, Desa Napi, Kecamatan Amanuban Selatan, sebagai bagian dari upaya pelestarian budaya lokal.

Workshop tersebut dihadiri oleh Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XVI, Haris Budiharto, SS., M.Hum, Kepala Dinas PK kabupaten TTS, Musa Benu, SH, Kepala Bidang Kebudayaan TTS Korin Betty, S.Hut, Camat Kie, Semri R.I. Tualaka, S.IP, Ketua Klasis Amanuban Timur Selatan, Meriyanti Tafetin, serta dua narasumber ahli di bidang tenun yang secara khusus diundang untuk membagikan pengetahuan dan pengalaman mereka.

Baca Juga  Mutis Jadi Sorotan Paslon 1 dan 3 dalam Debat Perdana Pilgub NTT

Kepala Dinas PK TTS, Musa Benu dalam sambutannya menegaskan bahwa tenun ikat adalah warisan luhur dari leluhur yang patut dilestarikan. Ia menyampaikan bahwa saat ini Dinas telah meluncurkan kurikulum muatan lokal yang mencakup seni budaya, termasuk tenun ikat, sebagai bagian dari sepuluh objek kebudayaan yang diangkat dalam pendidikan daerah.

“Tenun ikat adalah identitas budaya kita. Oleh karena itu, ke depan semua guru muatan lokal akan diberikan pelatihan untuk menyampaikan materi ini di sekolah-sekolah,” ujarnya

Musa juga menambahkan bahwa pelestarian budaya ini akan terus diperluas ke satuan pendidikan lainnya di seluruh wilayah TTS.

Baca Juga  Didampingi Kuasa Hukumnya, Nifron Henuk Laporkan Panwascam Kota Soe ke Polres TTS

Sementara itu, Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XVI, Haris Budiharto, menyampaikan bahwa kegiatan ini bukan hanya sekadar workshop, tapi juga wahana edukatif dan rekreatif yang menyenangkan.

“Kami ingin para peserta tidak hanya mendapatkan pengetahuan teoritis, tetapi juga pengalaman praktik langsung dari para narasumber. Ini bukan beban, ini peluang belajar yang menyenangkan,” ungkap Haris.

Workshop ini memberi ruang bagi peserta untuk berdiskusi, bertanya, dan mencoba langsung teknik-teknik dasar menenun dari para ahli. Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan apresiasi masyarakat, khususnya generasi muda, terhadap kain tenun sebagai bagian dari identitas dan kebanggaan daerah.