Dari Tapal Batas RI-RDTL Warga Kirim SPK, If Not Us Who Else, If Not Now When

oleh -Dibaca 1,069 Kali
oleh
IMG 20241115 181428

MataTimor.com – Belu – Di sebuah kabupaten di ujung timur Indonesia, tepatnya di Tapal Batas RI-RDTL, sebuah momen luar biasa menggugah semangat ratusan warga. Di tengah semaraknya kampanye, calon Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) nomor urut 3, Simon Petrus Kamlasi (SPK), memimpin seruan yang menggema di udara: “If not us, who else? If not now, when?” (Kalau bukan kita, siapa lagi? Kalau bukan sekarang, kapan lagi?). Kalimat ini tidak hanya mengalir sebagai seruan biasa, tetapi menjadi panggilan hati bagi seluruh masyarakat NTT untuk beraksi demi perubahan yang lebih baik.

Namun, yang membuat momen ini semakin menarik adalah ketika seruan tersebut diubah menjadi sebuah kalimat baru yang lebih menggugah semangat: “Kalau bukan Siaga, kapan lagi? Dan kalau bukan Nomor 3, siapa lagi?” Kalimat ini terdengar begitu akrab, tetapi kali ini dengan energi yang berbeda. Ratusan warga yang hadir di Kelurahan Rinbesi, Atambua Selatan, Kabupaten Belu, menyambutnya dengan teriakan serempak yang penuh semangat, menunjukkan bahwa mereka siap untuk mendukung perubahan yang dibawa oleh SPK.

Acara kampanye ini bukan hanya sekedar momen untuk mendengarkan pidato politik, tetapi juga sebuah ajakan untuk bersatu dalam mewujudkan masa depan yang lebih baik bagi NTT. Dalam sambutannya, Lorenz Loe, Sekretaris DPD NasDem Atambua kabupaten Belu, menyampaikan bahwa hanya ada satu calon dari daratan Timor yang maju untuk menjadi Gubernur NTT. Oleh karena itu, ia mengajak seluruh masyarakat untuk bersatu mendukung Paket SIAGA yang diusung oleh Simon Petrus Kamlasi dan wakilnya Adrianus Garu, untuk memimpin provinsi ini pada periode 2024-2029.

Seruan tersebut kemudian ditanggapi dengan penuh keyakinan oleh Ketua Tim Pemenangan SPK, Kristo Blasin, yang menegaskan betapa berharganya sosok Simon Petrus Kamlasi untuk NTT. “SPK adalah pria kelahiran Timor Tengah Selatan (TTS) yang sangat berharga bagi provinsi ini. Ia rela melepaskan pangkat jenderalnya demi melayani masyarakat NTT,” ujar Kristo. Keputusan SPK untuk melepaskan jabatan tinggi militer demi kepentingan rakyat NTT semakin menegaskan niat tulusnya untuk membawa perubahan bagi provinsi yang kaya akan potensi ini.

Dalam orasi politiknya, SPK mengungkapkan komitmennya untuk memimpin NTT dengan mendengarkan langsung aspirasi masyarakat. “Saya siap memimpin NTT dengan apa maunya masyarakat,” ujar SPK dengan penuh percaya diri. Sebagai seorang pria yang berlatar belakang militer, SPK membawa pendekatan yang berbeda dalam kepemimpinan—yakni kepemimpinan yang mengutamakan kepentingan rakyat, bukan sekedar ambisi pribadi atau golongan tertentu.

SPK menegaskan bahwa jika diberi amanah, ia akan memimpin NTT dengan sepenuh hati dan dengan apa yang benar-benar dibutuhkan oleh masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa visi dan misinya bukanlah visi top-down, melainkan berbasis pada kebutuhan dan keinginan masyarakat NTT yang beragam.

Selama kampanye, SPK mendapat sambutan hangat dan dukungan yang luar biasa dari masyarakat setempat. Tidak hanya mendengarkan aspirasi mereka, tetapi juga merasakan antusiasme yang tinggi untuk mendukung perubahan. Dari setiap sudut Kelurahan Rinbesi, seruan “Kalau bukan Siaga, kapan lagi? Dan kalau bukan Nomor 3, siapa lagi?” terus menggema, menunjukkan bahwa masyarakat siap menyongsong perubahan besar di bawah kepemimpinan Simon Petrus Kamlasi.

Kehadiran SPK dalam kampanye ini juga membuktikan bahwa ia bukan sekedar calon gubernur, tetapi seorang pemimpin yang memiliki komitmen untuk bekerja keras demi kemajuan provinsi NTT. Ini adalah kepemimpinan yang diharapkan oleh rakyat—pemimpin yang tidak hanya berbicara, tetapi juga mendengarkan dan merespons harapan rakyat.

Jika ada satu pesan yang dapat diambil dari kampanye ini, adalah bahwa masyarakat NTT kini memiliki kesempatan untuk memilih pemimpin yang benar-benar memahami mereka. SPK membawa harapan baru, harapan akan pemimpin yang bersedia melepaskan jabatan dan kekuasaan demi pengabdian kepada rakyat. Dengan kata-kata yang sederhana namun penuh makna, “Kalau bukan Siaga, kapan lagi? Dan kalau bukan Nomor 3, siapa lagi?”, masyarakat NTT diajak untuk berpikir dan bertindak bersama demi mewujudkan perubahan yang lebih baik.

Seruan tersebut bukan hanya soal memilih seorang calon gubernur, tetapi juga tentang memilih masa depan yang lebih baik bagi provinsi ini. Sebuah perubahan yang dimulai dari sekarang, yang mengutamakan suara rakyat, dan yang menjanjikan NTT yang lebih maju dan sejahtera.

Dengan semangat kebersamaan dan komitmen untuk perubahan, mari kita pilih pemimpin yang tidak hanya berbicara, tetapi juga bertindak untuk kepentingan rakyat. Karena jika bukan sekarang, kapan lagi? Dan jika bukan kita, siapa lagi? Saatnya untuk memilih perubahan yang nyata bagi Nusa Tenggara Timur.